Senin, 03 April 2017

Pencerahan...

Selasa, 28 Maret 2017

MENGENALI PIKIRAN

Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa manusia adalah pikirannya, karena tanpa kemampuan berpikir manusia tidak berarti apa-apa sama sekali. Makhluk lain seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan yang tidak dikaruniai kemampuan berpikir ternyata dengan mudah dikuasai manusia. Dengan kata lain, karena kehadiran PIKIRAN manusia menjadi makhluk berkuasa. Bahkan, dengan menggunakan kekuatan pikiran, apalagi salah menggunakannya, manusia akan menguasai sesamanya yang berujung pada tindakan dimana yang kuat menindas yang lemah. Dari bahasan singkat ini tampak jelas, sekalipun pemahaman kata JIWA sangat sederhana, yakni terdiri dari PIKIRAN, namun apabila tidak dapat dikendalikan, pikiran tersebut akan menjelma menjadi MONSTER, alat PEMBUNUH dan PENGHANCUR. Sebaliknya, jika semakin banyak orang yang berpikiran benar karena mampu mengendalikan pikirannya, maka semakin banyak manfaat yang diperoleh dari pikiran benar tersebut.

Pentingnya peranan pikiran bagi manusia terlihat juga pada orang gila yang karena mengalami gangguan di pikiran dapat membuatnya bertingkah laku layaknya seperti hewan. Adalah pemandangan lumrah melihat orang gila telanjang atau mengais makanan di tempat sampah, bahkan mengganggu orang-orang yang berada di dekatnya. Ganguan pikiran telah menjadikannya kehilangan kesadaran sebagai makhluk yang lebih tinggi derajadnya dibandingkan dengan dari makhluk lain. Dalam makna yang lebih luas, gangguan pikiran bukan hanya bagi orang yang gila, pikiran kotor juga merupakan indikator gangguan pikiran karena dari pikiran yang kotor timbul ucapan dan tindakan yang tentunya juga kotor.

Membahas apa yang dimaksud dengan PIKIRAN tidak dapat dilepaskan dari pembahasan OTAK MANUSIA, sebab otak adalah tumpuan pikiran sebagaimana badan, kaki dan tangan menjadi tumpuan gerakan. Tanpa otak, manusia tidak dapat berpikir. Orang yang mengalami gangguan di otak umumnya juga mengalami kelainan berpikir. Kebenaran hal ini lagi-lagi tampak pada orang gila yang rata-rata mengalami kerusakan dibagian otak. Gangguan pada otak tersebut dapat membuat susunan informasi yang telah menjadi nilai-nilai kehidupan di dalamnya mengalami kekacauan, sehingga pikiranpun menjadi kacau atau tidak berfungsi secara normal.

Sebagaimana mata berfungsi sebagai alat melihat dan telinga berfungsi sebagai alat untuk mendengar, otak berfungsi sebagai alat untuk berpikir. Otak yang terdiri dari sejenis lemak di dalam batok kepala dengan syaraf yang tak terhitung merupakan wadah penyimpanan beragam informasi. Informasi berupa nilai atau norma tentang kehidupan karena keberadaan Ruh menjadi dapat disimpan di dalam otak dan dapat pula diaktifkan ketika dikehendaki. Dengan aktifnya pikiran berupa informasi di dalam otak terjadilah proses berpikir yang ditandai dengan adanya aktivitas seperti mengingat, menilai dan membandingkan serta memformulasikan.

Disebabkan agar dapat berpikir baik sangat tergantung pada informasi yang tersimpan di dalam otak berupa memori, maka penginstalan butir-butir informasi ke dalam otak menjadi sangat penting sebagai dasar untuk dapat berpikir. Informasi demi informasi yang diterima otak akan berakumulasi dan berkembang menjadi latar belakang pengetahuan. Semakin banyak dan semakin baik informasi yang terserap dan tersimpan di syaraf-syaraf otak seseorang berdasarkan pengalaman dan pendidikannya, maka semakin baik pula daya pikirnya. Buktinya, bayi dan anak-anak yang masih memiliki keterbatasan informasi yang diperoleh dari pengalaman memiliki keterbatasan berpikir dibandingkan dengan orang dewasa. Demikian juga halnya bagi orang yang berpendidikan rendah dan yang berpendidikan tinggi memiliki kemampuan berpikir berbeda. Dengan kata lain, kemampuan berpikir terkait dengan pengaktifan latar belakang pengetahuan yang disebut memori.

Selain dari latar belakang pengetahuan berupa hasil pengalaman dan pendidikan, cara mengolah informasi yang sudah mengendap di otak berupa memori juga menentukan kemampuan berpikir seseorang. Orang yang terlatih berpikir runtut atau sistematis memiliki kemampuan berpikir yang lebih baik jika dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki kemampuan berpikir sistematis. Berdasarkan pengalaman, sering ditemukan orang yang cara berpikirnya melompat-lompat bahkan tidak terhubung dari satu ide ke ide lainnya. Sehingga orang yang mendengarnya kesulitan mengikuti pokok-pokok pembicaraannya. Sedangkan cara berpikir yang baik ditandai dengan, selain kejelasan informasi juga ditandai dengan keteraturan pesan yang disampaikan sehingga pembicaraannya menjadi mudah diikuti atau dipahami.

Kemampuan berpikir akan terbentuk setelah terjadinya penyimpanan informasi berupa nilai-nilai kehidupan yang diperoleh melalui proses mengalami dan proses belajar (pengalaman dan pendidikan) seperti sempat disinggung di atas. Hasil dari proses mengalami dan belajar ini akan tersimpan dalam bentuk memori yang menjadi bagian dari pikiran. Tanpa memori berupa informasi-informasi yang telah mengendap di dalam otak, seseorang tidak dapat berpikir. Anak seorang petani biasanya mudah berpikir tentang cara bercocok tanam jika dibandingkan dengan anak pedagang yang dalam kesehariannya sibuk melayani para pelanggan di toko. Anak petani memiliki pengalaman cara bercocok tanam karena ia juga mendapatkan pendidikan tentang bercocok tanam sekalipun pendidikan tersebut bersifat informal. Hal ini juga berlaku sebaliknya terhadap anak pedagang. Dengan ungkapan lain, pembentukan proses berpikir berlangsung melalui proses pengalaman dan pendidikan yang dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan.

Proses berpikir seperti telah dijelaskan belum memadai untuk dijadikan landasan bagi seseorang supaya dapat BERPIKIR BENAR. Sebab, hasil dari berpikir adalah BENAR dan SALAH. Orang yang memiliki kekuatan berpikir tidak berarti bahwa ia juga senantiasa berpikir benar. Pencuripun mesti berpikir sebelum melakukan aksinya. Walaupun ia mengetahui bahwa tindakannya salah, namun pencuri mesti terlebih dahulu memikirkan cara menyelamatkan diri jika seandainya ia ketahuan atau tertangkap ketika sedang mencuri. Oleh karena itu, selain dari berpikir seseorang hendaknya juga meng-gunakan akalnya. Jika seorang pencuri menggunakan AKALNYA, maka ia tidak akan mencuri. Disebabkan tidak menggunakan akal inilah pencuri nekad mencuri. Dengan kata lain, orang yang BERPIKIR belum tentu menggunakan AKAL. Inilah alasan ditemukan istilah AKAL PIKIR dalam pembicaraan sehari-hari karena kata PIKIR saja belum cukup untuk mengungkapkan hal seperti yang dijelaskan, sehingga kata AKAL tetap ditambahkan agar makna ujaran lebih jelas lagi.

Jika ditelusuri lebih jauh lagi, bahwa yang dimaksud dengan PIKIRAN itu sebenarnya adalah HASIL dari pengolahan informasi di dalam otak yang dipicu oleh stimulus dari luar. Artinya, pikiran itu tidak saja terdiri dari memori yang tersimpan di dalam jaringan syaraf-syaraf otak, tetapi juga dipengaruhi oleh rangsangan dari luar. Memori tanpa rangsangan sebagai pemicu, maka memori tersebut tidak ubahnya seperti data atau informasi di GOOGLE yang tentunya tidak bermanfaat jika tidak diakses terlebih dahulu. Melalui rangsangan dari luar, memori di dalam otak dapat diaktifkan dan terjadilah proses berpikir yang antara lain adalah prosespenyaringan dan pengolahan informasi.

Berbeda dengan proses berpikir yang menghasilkan perkiraan benar atau salah, masih adalagi bagian dari pikiran yang diterangi Cahaya dari keberadaan Ruh. Pikiran yang demikian dapat melahirkan tindakan yang lebih baik. Bagian pikiran yang terterangi ini disebut dengan AKAL. Orang yang memilih menggunakan akal dalam kehidupannya akan berada dalam lingkupan KESADARAN sehingga dapat dikatagorikan sebagai orang yang TERCERAHKAN. Dengan kata lain, orang yang pikirannya disinari Cahaya dari Ruh tadi dapat membedakan antara benar dan salah.

0 komentar:

Posting Komentar