Selasa, 28 Maret 2017
MENGENALI JIWA
Dalam percakapan sehari-hari, pemakaian kata JIWA sering tercampur dengan kata NYAWA. Sebagai misal, “Kecelakaan di jalan tol Cikampek merenggut lima jiwa.” Kalimat ini lazim pula diucapkan “Lima nyawa melayang ketika terjadi kecelakaan lalu lintas di jalan tol Cikampek.” Padahal jika diperhatikan secara teliti makna kata JIWA tidak persis sama dengan NYAWA. Pemakaian kata JIWA dan NYAWA yang kadangkala tumpang tindih atau tidak konsisten membuat makna kedua kata ini menjadi ambigu.
Kehadiran NYAWA di jasad ditandai dengan adanya NAFAS. Orang yang tidak bernafas, yakni udara tidak lagi keluar masuk melalui hidungnya berarti ia sudah tidak bernyawa. Orang yang demikian dikatakan mati yang dalam bahasa sopan disebut ‘wafat’. Jasad yang tadinya dihidupkan Allah setelah tidak bernafas lagi disebut ‘mayat’. Hal ini sedikit berbeda dengan JIWA yang kehadirannya ditandai dengan pikiran. Buktinya orang yang mengalami gangguan jiwa adalah orang yang juga mengalami gangguan pikiran. Namun dapat dipastikan selagi seseorang masih dihidupkan sebagai manusia, tidak ada JIWA jika tidak ada NYAWA.
Telah disinggung bahwa yang dikatakan DIRI adalah JASAD dan JIWA. Dengan kata lain, jasad dan jiwa adalah bagian dari diri. Jasad terdiri dari kepala, badan, anggota badan dan organ-organ dalam lainnya seperti hati, paru-paru dan jatung. Sedangkan JIWA terdiri dari pikiran dan perasaan. Berbeda dengan jiwa, jasad disebut juga tubuh kasar karena jasad tersebut dapat dilihat dan disentuh. Tidak demikian halnya dengan jiwa yang karena tidak terlihat dan tidak pula dapat disentuh secara fisik disebut tubuh halus.
Yang dapat dipahami tentang JIWA umumnya adalah sebatas PIKIRAN dan PERASAAN, tidak lebih dari itu. Jadi berbicara soal JIWA berarti berbicara tentang PIKIRAN dan PERASAAN. Sebagai contoh, orang yang berjiwa KASAR antara lain adalah orang yang pikiran dan perasaannya tidak peka terhadap keadaan orang lain. Ia dapat saja mengucapkan kata-kata atau melakukan tindakan mengganggu ketenangan orang-orang di sekitarnya. Sebaliknya, orang berjiwa BESAR adalah orang yang sabar dan bijaksana sehingga orang-orang yang di sekelilingnya merasa nyaman dengan kehadirannya di dekat mereka.
Perbedaan lain yang jelas dan masuk akal antara jasad dan jiwa adalah orang yang mengalami gangguan pada jasad dirawat di Rumah Sakit Umum dan ditangani oleh dokter umum. Hal ini berbeda dengan orang yang mengalami gangguan pada mental atau jiwa dirawat di Rumah Sakit Jiwa dan ditangani oleh dokter jiwa atau psikolog. Yang menarik adalah bahwa berbeda dengan jasad dan jiwa, nyawa sebagai tanda dari keberadaan RUH tidak pernah mengalami gangguan. Ini artinya jiwa dan nyawa tidak sama. Baik jasad berupa badan maupun jiwa berupa pikiran dan perasaan sama-sama aktif karena keberadaan dari RUH.
Disebabkan PIKIRAN dan PERASAAN tidak terlihat melalui mata zahir, maka pikiran dan perasaan hanya dikenali oleh pemilik pikiran dan pemilik perasaan itu saja. Itupun terjadi ketika pikiran dan perasaan berada dalam kendali pemilik pikiran dan pemilik perasaan. Pengendalian pikiran dan perasaan berlangsung ketika pemilik pikiran dan pemilik perasaan sedang dalam keadaan TENANG dan WASPADA. Dalam keadaan kalut, pemilik pikiran dan pemilik perasaan biasanya tidak mengenal dirinya yang notabene adalah pikiran dan perasaan atau jiwanya. Jika hal ini terjadi, bukan tidak mungkin tindakan nekat dan berbahaya bisa saja terjadi karena dalam keadaan seperti ini pikiran dan perasaan mengambil alih pimpinan.
Selain juga telah disinggung di atas, karena pikiran dan perasaan tidak dapat dilihat, maka yang dapat diamati dari pikiran dan perasaan seseorang adalah REAKSI dari pikiran dan perasaannya. Tanpa memperhatikan REAKSI, seseorang kesulitan mengenali pikiran dan perasaan orang lain secara akurat, kecuali memprediksi atau menduga-duga saja. Orang yang berpikiran kotor terlihat dari ucapan dan tindakannya. Ia akan sering berbicara dan bertingkahlaku jorok.
Demikian pula halnya orang baru jatuh cinta kondisi kejiwaannya dapat dikenali dari ucapan dan tindakan-nya. Dari sisi ucapan, ia akan sering bercerita tentang kekasihnya dan dari sisi tindakan ia akan sering terlihat berdandan dan mematut-matut dirinya di depan kaca. Bahkan, kadang kala ia tersenyum sendiri. Semua yang dilakukannya adalah REAKSI atau MANIFESTASI dari yang sedang ia pikirkan dan rasakan, karena itulah gambaran dari keadaan kejiwaannya saat itu. Dengan kata lain, itulah yang terlihat sehingga dapat dikenali.
Selanjutnya, JASAD dan JIWA tidak dapat berfungsi tanpa Ruh karena dari keberadaan Ruh inilah jasad dan jiwa menjadi aktif. Tanpa diaktifkan oleh Ruh, jasad adalah mayat. Pun tanpa diaktifkan oleh Ruh maka pikiran dan perasaan tidak berfungsi. Jika diibaratkan dengan sebuah telepon genggam (handphone), JASAD adalah casing, perangkat lunaknya yang terdiri dari program atau aplikasi adalah JIWA. Tanpa baterai, perangkat lunak (software) tidak berfungsi. Singkatnya, JASAD dan JIWA dihidupkan karena RUH. Ruhlah yang mengaktifkan tubuh halus seperti pikiran dan perasaan sehingga jasad pun aktif. Dengan memahami keberadaan RUH yang mengaktifkan pikiran dan perasaan dapat dipahami bahwa JIWA dihidupkan karena keberadaan RUH.
Untuk mendapatkan pemahaman lebih jelas tentang JIWA yang terdiri dari PIKIRAN dan PERASAAN yang teraktifkan karena RUH, berikut ini akan dibahas serba-serbi pikiran dan perasaan. Selain dari semakin memperjelas pemahaman JIWA, pembahasan ini dapat pula dijadikan dasar memahami makna KESUCIAN JIWA yang memiliki peran PENTING dalam mencapai ketenangan jiwa.“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS asy Syams (91) : 9 dan 10). Secara singkat, salah satu dari keberuntungan dimaksud adalah tercapainya KETENANGAN JIWA.
KEHIDUPAN YANG KERUH diyakni terjadi karena ketiadaan kesucian jiwa. Jiwa yang kotor akan menjadi pemicu seseorang berpikir dan berucap serta bertindak kotor. Orang yang memakai kacamata berlensa hitam akan melihat dunia dengan segala pernak-pernik isinya tampak gelap. Bahkan ucapan seperti sumpah serapah atau ucapan hinaan hanya keluar dari mulut orang yang pikirannya kotor.
0 komentar:
Posting Komentar